Layar OLED dan AMOLED Mudah Terbakar? Ini Fakta Sebenarnya!
Mampu menampilkan rona gambar yang lebih baik dibandingkan layar IPS, oleh karena itu nggak heran jikalau ketika ini layar OLED & AMOLED sudah mulai banyak dibekalkan dalam HP-HP flagship keluaran terbaru.
Tapi, keunggulan yang ditawarkan sang layar OLED dan AMOLED ini tidak sepenuhnya terbebas dari kekurangan yg mungkin saja menghampiri, geng.
Bahkan, tersebar fakta jika layar OLED dan AMOLED ini justru lebih rentan terkena burn-in alias terbakar dibandingkan menggunakan layar LCD lho.
Emang iya? Daripada kamu penasaran mengenai kebenarannya, mending langsung saja simak artikel Jaka selengkapnya berikut adalah!
DAFTAR ISI
- Fakta Layar OLED Gampang Terkena Burn-in
- Kenapa Burn-in Bisa Terjadi?
- Layar OLED dan AMOLED Lebih Rentan Terkena Burn-in?
- Image Retention vs Burn-in
- Burn-in Tidak Termasuk Dalam Garansi
Fakta Layar OLED Gampang Terkena Burn-in
Sebelum membahas lebih mendalam tentang kebenaran layar OLED & AMOLED yg lebih rentan terkena burn-in, terdapat baiknya kalau kamu memahami dulu mengenai istilah burn-in itu sendiri, geng.
Burn-in sendiri nerupakan istilah yang digunakan buat mendekripsikan sebuah layar smartphone yg mengalami perubahan warna secara tetap di semua ataupun sebagian panel layar.
Jadi, meskipun kalau diterjemahkan memiliki arti terbakar, tapi kondisi burn-in nggak sahih-benar melibatkan api atau panas pada bagian layar.
Layar yg terkena burn-in pun sebenarnya masih dapat digunakan secara normal, hanya saja akan terlihat bayangan atau perubahan warna waktu layar menyala.
Lalu, apakah layar OLED & AMOLED benar-benar rentan terhadap syarat burn-in? Berikut faktanya!
Kenapa Burn-in Bisa Terjadi?

Mungkin ada sebagian dari engkau yang penasaran kenapa kondisi ini mampu terjadi dalam layar smartphone.
Mengingat layar jenis OLED dan AMOLED mempunyai harga yang cukup mahal sebagai akibatnya mengharuskan penggunanya merogoh kocek relatif dalam buat memperbaikinya.
Menurut berita yg dilansir dari laman Android Authority, syarat layar burn-in sendiri bisa terjadi karena "umur" beragam komponen produsen cahaya yg telah nir "belia" lagi.
Seiring dengan bertambahnya "umur" komponen-komponen ini, maka tingkat kecerahan yang dihasilkannya pun akan menurun dan reproduksi warna panel juga berangsur-angsur berubah.
Di kebanyakan kasus, burn-in seringkali terjadi di area tampilan layar yg sporadis mengalami perubahan rona, misalnya misalnya pada bagian tombol navigasi ataupun bilah notifikasi.
Area tadi adalah yg paling mungkin mengalami kasus ini sebagai dampak berdasarkan rentang hidup yg tidak selaras antara subpiksel LED merah, hijau, dan biru.
Artinya, jumlah rentang penggunaan yg tidak sinkron maka akan membuat sedikit perubahan waktu mereproduksi warna.
Layar OLED & AMOLED Lebih Rentan Terkena Burn-in?

Setelah mengetahui penyebab berdasarkan syarat burn-in, kemudian apakah sahih bila layar OLED lebih rentan terkena burn-in?
Jawabannya adalah iya, geng. Semua layar yg memakai panel Light Emitting Diode (LED), termasuk OLED & AMOLED lebih rentan terkena burn-in dibandingkan menggunakan layar Liquid Crystal Display (LCD) baku.
Hal itu dikarenakan layar OLED & AMOLED memakai teknologi panel yang tidak sinkron berdasarkan panel LCD.
Dimana panel LED yg dipakai di jenis layar ini adalah teknologi aktif menggunakan cahaya yg dipancarkan pada taraf piksel.
Sementara, panel LCD hanya filter dengan cahaya yang dari berdasarkan lampu latar yg terpisah.
Tapi, yang perlu engkau jangan lupa adalah kemunginkan burn-in di layar OLED atau AMOLED mungkin nir akan terjadi jika digunakan pada penggunaan normal.
Maksudnya, semua subpiksel LED merah, biru, dan hijau mempunyai "umur" atau rentang penggunaan yang seimbang.
Image Retention vs Burn-in

Istilah burn-in seringkali dipercaya sama dengan image retention alias retensi gambar. Padahal, dua kata ini memiliki arti yg cukup tidak sinkron, geng.
apabila burn-in adalah kondisi perubahan rona yg terjadi secara permanen, maka image retention hanya bersifat sementara & akan hilang pada waktunya.
Image Retention terjadi ketika bayangan gambar sementara masih "melekat" pada layar sehabis gambar itu hilang.
Namun syarat itu baru akan terjadi bila layar smartphone menampilkan gambar yang sama pada durasi ketika yang lama .
Contohnya, engkau membiarkan HP engkau menampilkan gambar seekor kelinci putih selama satu jam & kemudian beralih menonton film. Maka bayangan gambar kelinci itu masih melekat pada layar & akan hilang dengan sendirinya.
Burn-in Tidak Termasuk Dalam Garansi

Buat engkau yg berencana membeli smartphone Android atau iPhone yg menggunakan layar OLED & AMOLED usahakan pikirkan secara matang terlebih dahulu, geng.
Karena umumnya permasalahan burn-in pada layar ini nir masuk dalam anggaran garansi lantaran dianggap sebagai kesalahan yg dilakukan sang pengguna itu sendiri.
Sementara, bila engkau merubahnya sendiri ke loka service pasti akan membutuhkan porto yang nggak sedikit mengingat harga menurut jenis layar ini relatif mahal.
Meskipun begitu, bagi sebagian orang kondisi burn-in layar sendiri nir begitu menjadi permasalahan besar yang wajib dikhawatirkan ketika ingin membeli HP menggunakan layar OLED atau AMOLED.
Tapi, itu semua balik kepada pilihan engkau masing-masing, geng!
Akhir Kata
Nah, itulah tadi fakta mengenai keterangan yg menjelaskan bahwa layar OLED & AMOLED lebih rentan terkena burn-in dibandingkan menggunakan LCD.
Kondisi itu sendiri terjadi lantaran perbedaan teknologi panel yang dipakai sehingga akan mensugesti terhadap performanya, geng.
Meskipun begitu, bagi sebagian orang syarat burn-in ini bukan sebagai kasus akbar & kalah menggunakan kualitas mengagumkan yang dihasilkan sang layar OLED & AMOLED.
Comments
Post a Comment